Tren Learning & Development di tahun 2022

Mon 04 Apr 2022 General

Salah satu fungsi yang memegang peranan penting dalam organisasi adalah fungsi Pembelajaran dan Pengembangan Karyawan (Employee Learning and Development). Fungsi ini yang diharapkan mampu meningkatkan kompetensi, serta engagement karyawan terhadap organisasi atau perusahaan tempatnya berada. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan tim yang terorganisir serta ditunjang oleh tingkat engagement yang tinggi, karyawan menghasilkan pendapatan 21% lebih tinggi daripada yang tidak. Dan ini dihasilkan melalui program-program yang dibuat oleh departemen Learning and Development.

Pandemi yang terjadi sejak tahun 2020 telah banyak mengubah tatanan dalam dunia kerja, termasuk dalam proses pembelajaran dan pengembangan karyawan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunawan Sadikin memperkirakan  setidaknya dibutuhkan waktu minimal 5 tahun agar hidup kita kembali “normal” setelah pandemi. Ini bukanlah waktu yang singkat, dan diperlukan kerjasama lintas sektoral untuk memperbaiki keadaan saat ini. 

Menyikapi hal ini, maka fungsi Pembelajaran dan Pengembangan karyawan perlu mengembangkan strategi-strategi baru untuk bisa memastikan proses pembelajaran dan pengembangan karyawan di dalam organisasinya tetap dapat berjalan dan memberi dampak positif bagi perusahaan. Salah satu cara untuk bisa menemukan strategi yang tepat adalah dengan memperhatikan tren yang sedang terjadi saat ini, khususnya dalam era pandemi. 

Berikut ini adalah beberapa tren yang bisa menjadi acuan dalam penyusunan strategi pembelajaran dan pengembangan karyawan di tempat kita masing-masing :

Pertambahan Pengguna Internet

Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menemukan bahwa dalam dua tahun terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan dalam pengguna internet di Indonesia (mulai sejak awal pandemi hingga pertengahan tahun 2021). Sebanyak 72% penduduk Indonesia menggunakan internet secara intensif pada tahun 2021 ini. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang makin terbiasa melakukan berbagai hal melalui internet, termasuk untuk pembelajaran. Dengan demikian, memberikan program pembelajaran kepada karyawan melalui internet (daring) bisa menjadi salah satu strategi yang diambil oleh fungsi L&D. Selain lebih efisien (tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi), strategi ini juga bisa menjangkau karyawan di berbagai lokasi.

Pembelajaran Mikro

Pembelajaran mikro atau microlearning adalah pendekatan pembelajaran digital yang memecah-mecah materi pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil, sehingga masing-masing materi memiliki durasi yang singkat, dan berkualitas baik. Pendekatan ini memungkinkan seseorang untuk mencicil pembelajarannya sehingga bisa lebih fokus dan fleksibel dalam menentukan waktu belajarnya. Bentuk materi pembelajaran bisa video, infografis, atau artikel yang hanya membutuhkan waktu selama 5 menit untuk dipahami.  

Untuk lebih memahami mengapa pembelajaran mikro akan menjadi tren nantinya, mari kita bayangkan pekerjaan-pekerjaan garda depan seperti bagian pelayanan pelanggan, teller bank, pelayan, atau petugas keamanan. Jenis pekerjaan ini pasti sulit untuk bisa mengikuti sesi pelatihan offline (luring) serta online (daring) yang membutuhkan waktu berjam-jam. Mereka juga akan terbeban selama sesi karena memikirkan pekerjaan harian. Microlearning memang dapat mengurangi gangguan yang mungkin muncul saat kita harus belajar luring untuk waktu yang cukup lama, dan sejauh ini cocok untuk pembelajaran yang terkait dengan pengembangan keterampilan. Karena itu pembelajaran mikro bisa menjadi salah satu alternatif dalam menentukan strategi pembelajaran di organisasi. 

Program Pembelajaran yang dirancang sangat personal

Banyak hal-hal di sekitar kita saat ini sudah dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat dan preferensi kita. Jika kita membuka aplikasi e-commerce misalnya, maka kita akan mendapatkan rekomendasi barang-barang yang sesuai dengan diri kita. Dan rekomendasi tersebut merupakan hasil pengolahan algoritma rumit yang didasari oleh perilaku kita pada waktu kita berada di aplikasi tersebut. Barang apa yang kita cari, barang apa yang kita lihat dalam durasi waktu yang lama, artikel apa yang kita baca, dan lain sebagainya. Semua menjadi data yang masuk dalam algoritma untuk memberikan rekomendasi barang kepada kita. 

Bayangkan hal yang sama terjadi di dunia pembelajaran. Program pembelajaran juga bisa menghasilkan rekomendasi pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan diri kita, menyesuaikan dengan durasi belajar yang kita miliki, serta menyesuaikan dengan jadwal kerja kita. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya hanya dipersonalisasi dalam hal isi materi, namun juga untuk proses pelaksanaan pembelajaran itu sendiri.  

Coba saja bayangkan jika Anda adalah karyawan baru untuk posisi Sales & Marketing. Untuk melakukan pekerjaan baru dengan baik, Anda harus menguasai beberapa materi; pemahaman akan produk, laporan penjualan, SOP pengadaan, dan masih banyak lagi. Biasanya, Anda mungkin hanya memiliki 1-2 minggu untuk mempelajari semuanya, ditambah dengan pekerjaan sehari-hari yang perlu dikerjakan. Secara tradisional, perusahaan akan membuat rangkaian program L&D tatap muka, mulai dari sesi orientasi untuk karyawan baru, kelas, bahkan sesi coaching dengan atasan langsung. Selain memakan waktu dan tempat, menemukan jadwal yang sesuai untuk semua pihak bisa jadi permasalahan juga. Dalam kondisi seperti ini, pembelajaran yang dipersonalisasi akan sangat membantu.  

Training Virtual

Training virtual belakangan menjadi salah satu tren dalam pembelajaran dan pengembangan karyawan. Namun tentu saja kegiatan ini dilakukan dengan sejumlah penyesuaian. Berdasarkan diskusi dengan beberapa pimpinan di departemen Pengembangan Sumber Daya manusia, diperoleh informasi terkait keprihatinan mereka akan hilangnya interaksi antar manusia dalam pelatihan virtual. Hal ini terjadi karena pada awalnya pelatihan vitual hanya menghadirkan rekaman pembicara yang ditayangkan secara daring. Namun dengan berjalannya waktu, para pengajar dengan dukungan teknologi, mulai mencari terobosan-terobosan baru untuk mengatasi tantangan interaksi antar manusia dalam kelas pelatihan. Platform seperti www.gather.town dan www.virtualchair.net adalah dua dari banyak penyedia panggilan video interaktif yang membuat situasi kelas atau kantor lebih nyata melalui UI/UX mereka, sehingga memungkinkan terlaksananya sesi pelatihan virtual yang menarik.

Di sisi lain, pelatihan virtual tetap bisa dijadikan alternatif pembelajaran karena dianggap sangat efisien dan bahkan bisa menjangkau sampai ke pelosok. Pihak penyelenggara dapat melakukan penghematan dari tidak adanya biaya untuk menginapkan peserta, tidak perlu menyewa ruangan pelatihan, tidak perlu menyediakan konsumsi, sampai bahkan tidak ada pengeluaran untuk mencetak bahan bacaan peserta. 

Game-based learning 

Salah satu tantangan terbesar dalam proses pembelajaran daring (khususnya yang asinkronus) adalah bagaimana memastikan bahwa peserta akan bertahan dan menyelesaikan pelatihannya sampai selesai. Beberapa sumber menyatakan sulit bagi mereka untuk mampu mempertahankan motivasi belajar karena proses belajar yang dirasa membosankan (membaca slide dan menonton video), interaksi yang kurang dengan pengajar, serta tantangan yang nyaris tidak ada. 

Sementara itu, ada hal yang menarik di dalam dunia industri saat ini. Setidaknya sepertiga tenaga kerja yang saat ini ada merupakan Milenial dan Generasi Z. Generasi ini memiliki banyak karakteristik unik, namun ada kesamaan karakteristik di antara mereka yaitu rentang perhatian yang umumnya sangat pendek. Hal ini yang membuat desain pembelajaran di kelas terstruktur dengan durasi yang panjang tidak lagi dianggap menarik. 

Salah satu inovasi yang dilakukan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut adalah dengan mengembangkan proses pembelajaran berbasis permainan (game-based learning). Pendekatan ini mengajak para pembelajar untuk mempelajari suatu materi ajar, melalui proses pembelajaran yang mengadopsi prinsip-prinsip umum dalam permainan. Di dalamnya ada sejumlah tantangan, kompetisi, proses pembelajaran, kesempatan berlatih, penggunaan musik serta konteks dan tokoh cerita yang bervariasi. 

Bayangkan saja, mana yang lebih menarik? pelatihan tentang negosiasi di kelas tatap muka selama 2 hari, atau di google classroom melalui video, bahan bacaan dan penugasan, atau bermain game sambil belajar tentang negosiasi dengan penjahat yang memiliki bom dan sandera (dengan risiko bom meledak atau sandera dibunuh). 

Dalam pendekatan pembelajaran ini, karakteristik dan prinsip permainan tertanam dalam kegiatan pembelajaran guna meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan dan mencapai tujuan akhir. Konsep inti dibalik pembelajaran berbasis permainan adalah pengajaran melalui pengulangan, kegagalan, dan pencapaian tujuan.

Beberapa penelitian sudah bisa menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasiskan permainan ternyata dapat meningkatkan efektivitas belajar melalui dinamika yang terjadi di dalamnya serta engagement yang tinggi dari pesertanya. 

Tampaknya pembelajaran berbasis permainan dapat menjadi salah satu alternatif strategi bagi fungsi pembelajaran dan pengembangan karyawan. Jika Anda tertarik untuk mengetahui dan mengalami sendiri tentang belajar tentang kompetensi yang dibutuhkan terampil dalam penjualan, melalui bermain game silahkan bermain di sini.

Penutup

Perubahan yang terjadi di dunia sekitar kita memang semakin banyak, komplek, membingungkan serta semakin cepat. Hal yang sama juga dialami di fungsi pembelajaran dan pengembangan karyawan. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat agar organisasi tetap dapat meningkatkan kualitas SDMnya sehingga bisa mewujudkan visi dan misinya di masa depan. Pemahaman akan berbagai tren pembelajaran yang saat ini terjadi, akan membantu penyusunan strategi pengembangan karyawan secara efektif dan efisien. 

Meskipun pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak ketidakpastian, namun sisi positifnya adalah situasi ini menumbuhkan kesadaran pada diri kita tentang bagaimana kemajuan teknologi ternyata membuka peluang untuk terjadinya proses belajar yang tidak hanya efektif dan efisien, namun tetap mampu menjaga engagement pesertanya. 

Referensi:

1. Syed, N. (2021, July 2). Netflix-style learning? What will L&D look like in 2022? HRD Asia. https://www.hcamag.com/asia/specialisation/learning-development/netflix-style-learning-what-will-ld-look-like-in-2022/259720

2. Stringer, G. (2021, September 6). 6 L&D trends you’ve got to know for 2022. HowNow. https://gethownow.com/blog/6-learning-and-development-trends-youve-got-to-know-for-2022/

3. eLearning Industry Inc. (2021, May 12). Game Changer: Game-Based Learning And The Future Of L&D From The Engagement Experts. eLearning Industry. https://elearningindustry.com/free-ebooks/game-based-learning-and-development-future-engagement-experts?gtm_source=linkedin&action=download

4. Lianovanda, D. (2020, December 10). Ampuhnya Metode Micro-Learning untuk Pembelajaran Online. ruangkerja Blog. https://www.ruangkerja.id/blog/ampuhnya-metode-micro-learning-untuk-pembelajaran-online

5. Pappas, C. (2021, July 22). A Bite-Sized Guide To Microlearning [eBook]. eLearning Industry. https://elearningindustry.com/bite-sized-guide-to-microlearning-ebook

Rekomendasi Artikel