Game sebagai sebuah industri mengalami pertumbuhan yang pesat sejak tahun 2015. Pada tahun 2015, terdapat 42,8 juta populasi pemain video game dengan pangsa pasar sebesar 321 juta Dolar Amerika Serikat (USD). Angka tersebut naik menjadi 1,1 miliar USD atau naik hampir 350% (Newzoo, 2015, 2019; Statista, 2020). Pertumbuhan ini tidak hanya terjadi di kancah global, tapi juga regional dan nasional. Perkembangan yang terjadi di industri game telah menempatkan Indonesia menjadi negara dengan pangsa pasar video game terbesar di Asia Tenggara dan peringkat 16 (enam belas) di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun Newzoo tahun 2020, Indonesia memperoleh revenue sebesar US$ 1,74 miliar, dan akan mengalami kenaikan hingga 32.7% setiap tahunnya.
Pertambahan pengguna internet dan pesatnya perkembangan piranti bergerak (mobile device) menjadi faktor yang menentukan perkembangan game di Indonesia. Kita juga menyaksikan sendiri maraknya kemunculan atlet-atlet e-sport. Tak tanggung-tanggung, hampir 1/3 orang yang bermain game mempertimbangkan karir profesional dalam dunia gaming. Ini menandakan bahwa game tidak hanya untuk bersenang-senang, namun bermain game juga telah dianggap lebih serius oleh masyarakat kita. Meskipun demikian, banyak pihak yang masih terus berupaya untuk membuat kebijakan yang tepat dalam penggunaan dan pengelolaannya (misal: durasi waktu, atau batasan usia, dsb).
Dalam laporannya di tahun 2021, Limelight Networks menyebutkan bahwa manusia menghabiskan rata-rata waktu 8 jam 27 menit per hari untuk bermain game. Ini berita baik karena keberadaan game sesungguhnya sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain untuk kepentingan pribadi (menghilangkan stress, sosialisasi, dsb), game juga mulai digunakan di dunia kerja (untuk seleksi, membangun engagement, dsb). Bagi kami di PlaybyFLIP, salah satu penerapan game yang paling menarik adalah di bidang pembelajaran dan pengembangan karyawan. Pendekatan game-based learning dikenal sebagai salah satu solusi pembelajaran daring yang paling menarik.
Berikut ini adalah 5 hal penting yang perlu diketahui mengenai game-based learning itu sendiri.
1. GBL adalah alternatif baru dalam pembelajaran daring
Salah satu faktor yang membuat pendekatan game-based learning revolusioner adalah efektivitasnya dalam mengatasi tantangan pembelajaran daring saat ini. Berdasarkan sesi focus-group discussion (FGD) dengan beberapa pimpinan HRD tertangkap adanya antusiasme yang besar terhadap ide pelatihan menggunakan pendekatan game-based learning. Tanggapan mereka mengenai pendekatan ini dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok besar.
Yang pertama bahwa game-based learning diperkirakan akan sangat menarik bagi peserta, yang dalam kasus ini adalah pekerja. Sifat permainan yang menyenangkan dan membangkitkan semangat. Format game yang interaktif diyakini dapat menarik dan mengunci perhatian peserta; mereka dapat “tenggelam” dalam pembelajaran yang diberikan. Perusahaan melihat ini sebagai sebuah terobosan yang baik karena merancang sesi pelatihan yang menarik bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Yang kedua berkaitan dengan bagaimana pendekatan game-based learning memungkinkan pembelajaran yang mulus. Banyaknya opsi kreatif dalam proses perancangan game-based learning membuat kita dapat mengajarkan berbagai jenis paket pelatihan. Misalnya, untuk mengembangkan kursus teknis maupun non-teknis. Metodenya juga dapat berupa pembelajaran daring mandiri atau bagian dari program pembelajaran hybrid. Selain itu, setiap orang dapat menggunakan game-based learning di lingkungan perusahaan terlepas dari posisi pekerjaan, fungsi, dan tugas mereka. Ini menjadi berita baik bagi hampir semua peserta FGD karena selama ini mereka mengalami kesulitan karena harus membuat sesi pelatihan yang berbeda untuk berbagai kompetensi pada tingkat dan jenis pekerjaan yang berbeda pula.
Terakhir, semua peserta FGD percaya bahwa game-based learning dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Manusia dapat mempelajari sesuatu yang baru dengan lebih cepat dan lebih baik dengan bermain game. Fitur teknologi yang menyertai game-based learning memungkinkan hal ini. Misalnya saja ada kemudahan untuk melakukan pengulangan/repetisi. Kita semua tahu betapa pentingnya pengulangan/repetisi dalam proses belajar (hal yang sulit untuk dilakukan dalam pembelajaran tradisional). Selain itu, dalam game-based learning, peserta juga bisa langsung mendapatkan umpan balik mengenai kemajuan pembelajaran mereka.
2. GBL adalah sebuah sarana belajar
Ide yang mendasari konsep belajar dengan bermain, yang kemudian dikenal sebagai pendekatan game-based learning, pertama kali diperkenalkan oleh Friedrich Fröbel di akhir tahun 1970an. Game-based learning menggunakan prinsip-prinsip permainan (game) dalam aktivitas pembelajaran guna meningkatkan pengalaman belajar dan pencapaian tujuan belajar.
Prinsip-prinsip game yang digunakan misalnya ada misi yang harus dicapai, ada kompetisi, ada petualangan yang harus dilalui, ada karakter fiktif, dsb. Peserta juga dapat belajar melalui sejumlah kegagalan, pengulangan/repetisi, serta proses yang dinamis dalam mencapai sebuah misi, dimana mereka menjadi pemeran utamanya.
Namun harus diingat bahwa karena ini tetap sebuah sarana belajar, maka game harus dirancang dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembelajaran (seperti ada tujuan belajar yang jelas, model instruksional yang terstruktur, serta pengukuran efektivitas pembelajaran yang spesifik). Berbeda dengan game yang sifatnya hiburan, maka dalam game-based learning, pembelajaran menjadi hal yang utama. Secara singkat dalam pendekatan ini harus ada 3 hal : pembelajaran, pengukuran dan engagement yang tinggi.
Dalam game-based learning, peserta memulai pembelajaran secara perlahan. Kemampuannya diasah seiring dengan berjalannya permainan, khususnya ketika mereka masuk ke level yang lebih sulit. Oleh karena itu, game-based learning yang baik adalah yang memfasilitasi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang sedang, dalam artian cukup sulit untuk membuat peserta merasa tertantang, tetapi sekaligus dirasa cukup mudah, sehingga mereka tidak patah semangat untuk terus belajar sambil bermain. Selain itu, game-based learning yang baik seharusnya juga bisa meningkatkan motivasi untuk belajar dengan membuat peserta merasakan bahwa menghadapi kesulitan dan mengatasi tantangan ternyata juga dapat memberikan kesenangan.
3. GBL dirancang secara komprehensif
Secara teknis, pembuatan game-based learning dimulai dengan merancang pembelajarannya terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan berbagai aspek permainannya. Perancangan pembelajaran pada GBL pada hakekatnya tetap mengikuti prinsip-prinsip perancangan pembelajaran pada model-model pembelajaran lainnya. Alur GBL biasanya dimulai dengan menetapkan tujuan pembelajaran kemudian diikuti dengan segmen dan sub segmen yang terstruktur untuk memastikan peserta memperoleh materi serta kesempatan berlatih yang dibutuhkan. Jika perancangan pembelajaran sudah selesai, maka proses selanjutnya adalah merancang gamenya itu sendiri.
Jika pada perancangan pembelajaran didukung oleh individu-individu yang menguasai hal-hal terkait perancangan kurikulum, metode pembelajaran, dsb, maka tim perancang game terdiri dari sejumlah individu dengan keahlian masing-masing seperti ahli penulis cerita, arsitek game, seniman visual, perancang code (programmer), perancang musik dan sebagainya. Kolaborasi unik di antara kedua tim ini akan membuahkan sebuah game yang tidak saja menyenangkan untuk dimainkan, namun juga mampu memberikan sebuah pembelajaran yang bermakna.
4. GBL berpengaruh terhadap otak kita
Apa sih yang membuat kita mau terus-terusan bermain game? Penelitian menunjukkan bahwa otak kita melepaskan banyak hormon bahagia seperti endorfin, dopamin, dan serotonin saat kita bermain game. Endorfin muncul ketika kita berhasil mencapai sesuatu, sedangkan tiga hormon lainnya merupakan alasan di balik rasa senang, nafsu makan, serta mood bagus yang kita miliki. Banyak studi yang juga menjelaskan bahwa tiga hormon ini dapat meningkatkan kapasitas belajar, kreativitas, serta fokus kita.
Dan ya, kita bisa mendapatkan keduanya sekaligus ketika kita belajar dengan menggunakan pendekatan game-based learning. Secara fisiologis akan menghasilkan sejumlah hormon yang bisa membantu proses belajar, dan secara psikologis kita akan mendapatkan rasa senang dan bahagia.
5. GBL Relevan Bagi Peserta
Karena game-based learning pada dasarnya mengacu sebuah kisah fiktif, maka kita memiliki kebebasan untuk membuat cerita dan konteks (termasuk dunia imajinatif) yang relevan dengan peserta belajar untuk memastikan terjadinya penyerapan materi pembelajaran yang lebih baik. Dengan demikian, pendekatan ini memungkinkan kita membangun konteks dan cerita yang relevan dengan budaya atau kehidupan sehari-hari yang dialami oleh peserta. Sebagai contoh, di Indonesia, kita dapat menggunakan cerita rakyat tradisional atau kehidupan sosial sebagai latar belakang cerita untuk bisa meningkatkan engagement peserta karena mereka merasakan relevansi di dalam game dengan kehidupan kesehariannya. Hal ini sesuai dengan sejumlah penelitian yang menyatakan bahwa kegiatan belajar bukanlah sesuatu yang bebas budaya/konteks.
Jika kamu ingin menggunakan pendekatan game-based learning untuk organisasimu, cobalah pelatihan daring berbasis permainan terbaru dari PLAY!
Referensi:
1. Limelight Networks. (2021, March 9). State of Online Gaming 2021 Landing Page. Limelight Networks Inc. https://www.limelight.com/lp/state-of-online-gaming-2021/
2. Sheth, H. (2021, March 15). Time spent on video games up 14% in 2020: Report. @businessline. https://www.thehindubusinessline.com/news/national/time-spent-on-video-games-up-14-in-2020-report/article34072678.ece
3. Combs, V. (2021, March 10). 8 hours and 27 minutes. That's how long the average gamer plays each week. TechRepublic. https://www.techrepublic.com/article/8-hours-and-27-minutes-thats-how-long-the-average-gamer-plays-each-week/
4. Denton, M. (2021, May 3). The science behind game-based learning. Gamify. https://www.gamify.com/gamification-blog/the-science-behind-game-based-learning
5. Hamre, E. (2021, January 15). How to Maximise Your Productivity By Turning Your Life Into a Game. Medium. https://medium.com/skilluped/how-to-maximise-your-productivity-by-turning-your-life-into-a-game-511486a8afd8
6. Cahill, G. (n.d.). Why Game-Based Learning? The Learning Counsel. Retrieved September 3, 2021, from https://thelearningcounsel.com/article/why-game-based-learning