4 Keterampilan Dasar untuk Menjadi Learning Game Designer yang Baik

Mon 04 Apr 2022 General

Dalam bukunya Educational Game Design Fundamentals, George Kalmpourtzis menganalogikan learning game designer seperti kombinasi komponis dan dirigen daalam sebuah pertunjukkan orkestra. Peran seorang komponis dalam orkestra adalah untuk menciptakan aransemen musik yang elaboratif dan harmonis. Hal ini yang akan membuat setiap pemain (dengan instrumen musik masing-masing) tahu persis kapan harus diam, bersiap atau memainkan alat musiknya dalam simfoni yang akan dihadirkan. Sementara itu, aransemen musik yang sudah baik pun pada saat dipertunjukan dalam sebuah pagelaran musik klasik juga membutuhkan seseorang yang akan memberikan arahan gaya, tempo, gaya, dan cara pertunjukan, dan bagian inilah yang dipegang oleh sang dirigen.

Sama halnya dengan peran-peran itu, learning game designer adalah orang yang merancang ide game dan menjelaskan bagaimana game tersebut dimainkan. Selain itu, ia juga harus hadir di seluruh proses pembuatan (yang melibatkan sekelompok ahli dari berbagai disiplin ilmu) dengan tujuan yang sama yaitu untuk memastikan pengalaman dan hasil pembelajaran sesuai seperti rancangan pembelajaran yang telah dibuat.

Setidaknya ada 4 keterampilan dasar (dan sikap!) yang dibutuhkan untuk menjadi seorang learning game designer.

Keterampilan #1: Mendengarkan dan mengamati

Seorang learning game designer harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan mengamati lingkungan sekitar dirinya sendiri, maupun lingkungan di sekitar calon pembelajar. Hal yang didengar dan diamati berkisar dari tren dan masalah masyarakat saat ini, fenomena budaya di sekitar tempat tinggal mereka, maupun cara berpikir orang-orang di sekitar mereka. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk membangun sebuah konteks dalam permainan sehingga dirasa relevan oleh para pembelajar. Relevansi ini sangat menentukan seberapa immersive pembelajar dengan permainan yang dilakukan. 

Konteks yang dibangun dalam permainan untuk seorang karyawan agar bisa mempelajari kepemimpinan tentu saja akan berbeda dengan konteks yang dibangun untuk mahasiswa. Dengan bersedia mendengarkan, mengamati dan mencerna berbagai situasi yang terjadi, maka seorang learning game designer bisa merancang pembelajaran berbasis permainan yang tidak hanya menarik, tapi juga sesuai dengan karakteristik pembelajar.

Keterampilan #2: Kebesaran hati

Tidak semua masalah (termasuk masalah di dalam organisasi) dapat diselesaikan melalui training, bahkan melalui game-based learning sekalipun.  Seorang learning game designer perlu mampu membedakan apakah learning gap yang adaa dapat diselesaikan dengan produk pembelajaran berbasis permainan atau tidak. 

Sebagai contoh misalnya, kita bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan merancang kursus pembelajaran berbasis permainan untuk anak-anak untuk belajar berenang. Kita bisa membuat pembelajaran berbasis permainan yang bisa membuat anak-anak belajar bagaimana membuat avatar mereka bergerak di air, atau melatih koordinasi antara kaki & tangan mereka secara virtual agar bisa melakukan gaya berenang yang berbeda. Selain itu, mereka dapat memilih pakaian renang yang lucu untuk mempersonalisasi avatar mereka.

Namun pada kenyataanya, pembelajaran berenang akan lebih efektif jika dilakukan secara langsung di kolam renang atau di manapun, dan hasilnya bisa segera terlihat. Dalam hal ini, game-based learning kurang bermanfaat. 

Keterampilan #3: Keterampilan komunikasi dan presentasi

Beberapa di antara kita mungkin bertanya-tanya mengapa seorang learning game designer membutuhkan keterampilan komunikasi dan presentasi. Bukankah ruang lingkup pekerjaan dan kompetensi yang dibutuhkan lebih condong ke arah strategis dan beride?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, learning game adalah sebuah orkestra yang penuh dengan orang-orang yang berbeda memainkan peran mereka dan membuat pertunjukan yang menyenangkan bagi penonton. Artinya, untuk membuat pekerjaan dalam merancang pembelajaran berbasis permainan bisa berhasil, kita harus mampu mengkomunikasikan ide dan memberi arahan yang jelas kepada berbagai pihak yang mungkin memiliki pemahaman dan pendekataan yang berbeda dengan kita.

Misalnya saja, Anda mungkin harus menerjemahkan desain pembelajaran Anda ke pengembang game yang akan meng-coding semuanya. Tentu saja, cara kita menyajikan ide dan gambaran besar kepada pengembang game akan berbeda dengan cara kita berkomunikasi kepadaa perancang aset visual yang mengurusi bagian estetis dari sebuah game.

Keterampilan #4: Keinginan untuk mempelajari hal-hal baru setiap hari

Sangat penting untuk membuat diri kita penasaran dan bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru setiap saatnya. Tugas seorang learning game designer dapat dianggap sebagai bidang pekerjaan yang penuh dengan pembaharuan. Kita akan selalu menemukan hal baru untuk dipelajari saat merancang learning game, mulai dari memahami materi hingga menangkap tren game terkini.

Saat Anda memilih bekerja sebagai learning game designer artinya secara tidak langsung Anda telah berkomitmen untuk menjalani hari-hari penuh dengan memperkaya kognisi dan meletupnya ide-ide segar!

Tidak ada kata setengah-setengah pada saat kita memutuskan untuk menjadi desainer game pembelajaran. Entah merasa sangat seru hingga menggebu-gebu atau seperti kerja keras yang tanpa akhir. Seorang learning game designer akan menjadi orang yang mengambil kemudi untuk menciptakan cara terbaik (atau, dalam hal ini, game-based learning courses) bagi orang-orang yang akan mendapatkan manfaat dari pengalaman tersebut.
Apabila Anda sedang mempertimbangkan untuk beralih karir menjadi desainer game pembelajaran, bisa mulai dengan mempelajari konsepnya terlebih dahulu. Silahkan diawali dengan membaca artikel Play by FLIP yang lain dan segera mencoba untuk mengalaminya secara langsung sebagai pelajar di game-based learning courses.

Referensi:

Kalmpourtzis, G. (2018). Educational Game Design Fundamentals: A Journey to Creating Intrinsically Motivating Learning Experiences (1st ed.). A K Peters/CRC Press.

Rekomendasi Artikel